KAJIAN HIRARKI SAKRALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN TRADISIONAL TORAJA DI SIMBUANG
Abstract
Permukiman tradisional masyarakat Toraja di Simbuang terdiri atas beberapa unit hunian, lumbung padi (alang), serta ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian seperti sawah, perkebunan, dan lahan peternakan oleh para penghuninya. Konfigurasi spasial yang membentuk pola permukiman tersebut merepresentasikan nilai-nilai budaya serta tradisi leluhur yang masih dipertahankan hingga saat ini. Salah satu praktik budaya yang paling menonjol adalah ritual permohonan kepada kekuatan adikodrati (Batara) dalam sistem kepercayaan Aluk Todolo, yang dikenal dengan istilah memala.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hirarki ruang sakral sebagai manifestasi dari praktik ritual memala, yang merupakan bagian integral dari sistem kepercayaan leluhur masyarakat Toraja di Simbuang. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik untuk menginterpretasikan esensi dan makna terdalam dari praktik ritual tersebut dalam konteks ruang dan struktur permukiman tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang sakral dalam permukiman tradisional masyarakat Toraja di Simbuang dapat diidentifikasi secara berlapis dan hierarkis, mencakup beberapa tingkatan ruang. Tingkatan tersebut meliputi: (1) ruang sakral individu di dalam rumah (banua), (2) ruang di depan rumah yang berfungsi sebagai area ritual satu keluarga batih, (3) ruang komunal dalam konteks permukiman keluarga kekerabatan (klan/kindship), serta (4) ruang komunal dalam lingkup lembang, yaitu satuan sosial yang terdiri atas gabungan beberapa permukiman.